Tuesday, March 13, 2012

Jurnal Tematik

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN DIKAITKAN  DENGAN TEKNIK MENCATAT PETA PIKIRAN TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENJAWAB SOAL IPA KELAS IV MADRASYAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) MEDAN.

 Terbit: Jurnal Tematik VOl.001/No.06/Dikdas/April 2011, ISSN: 1979-0633, April-Mei 2011, Hal: 39 -47

Halim Simatupang

Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan,    Jl. Williem Iskandar Psr V Medan Estate 20221, Medan, Indonesia

halimsimatupang@yahoo.co.id

ABSTRAK
Halim Simatupang, Penerapan Strategi Pembelajaran Dikaitkan  dengan Teknik Mencatat Peta Pikiran Terhadap Kemampuan Siswa dalam Menjawab Soal IPA Kelas IV Madrasyah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh strategi pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan siswa dalam menjawab soal pada ranah kognitif Bloom (C1, C2 dan C3), (2) pengaruh teknik mencatat peta pikiran kemampuan siswa dalam menjawab soal pada ranah kognitif Bloom (C1, C2 dan C3). Sampel penelitian dipilih secara acak dengan mengundi 5 kelas yang ada untuk mendapat 4 kelas, penentuan kelas eksperimen dan kelas control juga ditentukan secara ajak sederhana yaitu: kelas pertama diajar dengan strategi pembelajaran inkuiri dan teknik mencatat peta pikiran, kelas kedua diajar dengan strategi pembelajaran inkuri dengan mencatat biasa, kelas ketiga diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori dan teknik mencatat peta pikiran, dan kelas keempat diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori dengan mencatat biasa. Teknik analisis data dilakukan dengan Uji GLM Univariat dengan taraf signifikan α = 0,05. Hasil uji hipotesis menunjukan bahwa: (1) strategi pembelajaran inkuiri secara signifikan berpengaruh terhadap kemampuan siswa kelas IV MIN Medan dalam menjawab soal IPA menurut ranah kognitif Bloom (C1, C2 dan C3), (2) Teknik Mencatat peta pikiran berpengaruh signifikan  terhadap kemampuan siswa men­jawab soal kategori C1 pada pembelajaran IPA di kelas IV MIN Medan, Sebaliknya, tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal IPA kategori C2 dan C3.


Kata kunci:Strategi Balajar, Teknik Mencatat, Peta Pikira.


1.      Pendahuluan
Sekolah Dasar (SD) sebagai lembaga pendidikan formal berperan strategis untuk menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan kompetitif. Untuk itu, pemerintah telah melakukan langkah­-langkah pem­baharuan untuk me­ningkatkan mutu pendidikan khusus di SD/MI, antara lain melalui perbaikan kuri­kulum (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan/KTSP), peningkatan profe­sionalitas guru melalui sertifikasi guru, pemberian bantuan operasional sekolah (BOS), pemberdayaan Kelompok Kerja Guru (KKG) dalam melakukan perbaikan pembelajaran melalui kegiatan Lesson Study dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Namun hingga kini belum tampak adanya perubahan yang signifikan dalam pengelolaan pembelajaran yang efektif di kelas.
Agar pelaksanaan kurikulum baru ini dalam pembelajaran di kelas lebih efektif dan produktif, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Di mana proses pendidikan dasar dan menengah harus memiliki standar sejak proses perencanaan, pelaksanaan, penilai­an hasil dan pengawasan proses pembelajaran (Pasal 1). Dalam hal ini tentunya guru memegang peranan penting. Kapasitas guru menyelenggarakan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) sangat dibutuhkan dalam pembelajaran khususnya di SD/MI. Langkah awal perbaikan mutu pendidikan setelah kurikulum adalah peningkatan kemampuan guru menyelenggarakan pembelajaran, minimal sesuai dengan standar proses.
Kenyataan menunjukkan di sejumlah SD/MI  di Indonesia, khusus pada pembelajaran IPA, telah mengalihkan anak dari pendekatan "global learning" yang menyenangkan dan holistik menjadi pendekatan kaku, linear, dan verbalistis. Masih sering terjadi, dalam pembelajaran IPA guru mengharapkan siswa diam dengan sikap duduk tegak dan bersidekap tangan, dalam deretan bangku-bangku yang berjajar menghadap ke depan, sementara guru dengan fasih menceramah­kan materi IPA. Tidak ditemukan kinerja saintis anak yang begitu cekatan mengobservasi dan mem­perlaku­kan benda-benda apa saja yang ada di sekitarnya (Hendrik, 2010).
Demikian pula hasil observasi langsung yang dilakukan penulis di Madrasyah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Medan, bahwa pembelajaran IPA masih cenderung mencatat dan me­ngerja­kan penyelesaian soal-soal latihan yang ada di buku; Guru cenderung menggunakan metode ceramah (menjelaskan materi ajar) dan sesekali tanya jawab dalam mengelola pembelajaran IPA; pembelajaran yang dilaku­kan masih  berpusat pada guru (teacher centered). Slameto (2003) mengungkapkan, bahwa Guru yang menggunakan metode ceramah saja mengakibatkan siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Adanya pendapat tersebut akan berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA siswa dan secara tidak langsung akan mempengaruhi keberhasilan pelajaran IPA. Terlebih lagi pada materi yang bersifat abstrak yang akan lebih mudah jika dilakukan eksperimen, seperti pada materi “Energi panas dan energi bunyi” di kelas IV SD/MI semester II. Penyampaian materi ini tidak akan memperoleh hasil yang maksimal jika proses belajar mengajar yang dilakukan dengan metode ceramah dan pemberian tugas.
Salah satu cara merancang pembelajaran IPA SD/MI agar pembelajaran efektif yang mem­berdayakan potensi siswa  salah satunya adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) (Depdiknas, 2003). Untuk itu dibutuhkan SDM guru yang mampu merancang pembelajaran yang dapat mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Wena (2009) menuliskan, bahwa penggunaan strategi dalam pembelajaran sangat diperlukan karena untuk mempermudah proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran inkuiri, yaitu mengajak siswa untuk dapat menemukan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Guru sebagai fasilitator menciptakan proses belajar aktif dan kreatif.  National Science Education Standards developed in the U.S. (NRC, 1996) dalam Ling Mao (1998) menyebutkan, guru yang me­ngajar menggunakan Inkuiri memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan memperkaya pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA. Hasil penelitian Quitadamo, dkk (2008) efek CBI (community-based inquiry) juga diperoleh pembelajar­an inkuiri dapat me­ningkatk­an kemampuan berpikir kritis siswa.
Namun, mengubah kebiasa­an guru dari pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) ke pembelajaran berpusat pada siswa (student centered) bukanlah hal yang mudah. Karena itu, untuk hal-hal tertentu (spesifikasi materi ajar, sumber dan media pembelajaran serta kemampuan guru) mungkin masih dibutuh pembelajaran yang tampak di permukaan masih didominasi guru tetapi telah mulai mem­berdayakan siswa untuk aktif. Salah satu di antaranya adalah menggunakan strategi ekspositori. Namun strategi ini perlu dielaborasi dengan strategi lain seperti strategi-strategi belajar (learning strategi) misalnya dengan pemetaan konsep (termasuk peta pikiran), sebab pada strategi ini aktivitas guru tampak lebih banyak dari siswa, sehingga guru cenderung lebih mendominasi di kelas.
Hergenhahn & Matthew (2008) berpendapat, bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar tidak hanya sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir. Karena itu, keterampilan berpikir perlu mendapat perhatian dalam mendesain sebuah pembelajaran, misalnya teknik mencatat oleh siswa. Sebab, mencatat merupa­kan salah satu usaha untuk meningkatkan daya ingat.
Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakan. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan. Umumnya siswa menbuat catatan tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran, sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan. Umumnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama yang penting dari materi pelajaran. Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra, bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti yang dipahami. Teknik cara mencatat yang dapat digunakan adalah peta pikiran. Menurut Buzan (2008) peta pikiran adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah “menekankan” pikiran-pikiran siswa.

2.   Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengaruh strategi pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar dan aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SD/MI. Secara khusus pengaruh tersebut ditunjukkan oleh: (1) Perbedaan kemampuan siswa menjawab soal menurut ranah kognitif Bloom C1, C2 dan C3 pada kelompok pembelajaran dengan strategi inkuiri dan ekspositori, (2) Perbedaan kemampuan siswa menjawab soal menurut ranah kognitif Bloom C1, C2 dan C3 pembelajaran IPA dengan teknik mencatat peta pikiran dan catatan biasa di kelas IV SD/MI.

3.        Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV MIN Medan berjumlah 221 orang yang tersebar ke dalam 5 kelas paralel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan melalui pengambilan sampel secara simple random sampling. Masing-masing unit kelas diberi nomor, kemudian sampel yang diinginkan diambil secara random. Dalam hal ini, kelas yang menjadi kelas uji dipilih secara acak dengan mengundi 5 kelas yang ada untuk mendapat 4 kelas sebagai sampel penelitian. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol juga ditentukan secara acak sederhana yaitu: kelas pertama akan diajar dengan strategi pembelajaran inkuiri dan teknik mencatat peta pikiran, kelas kedua akan diajar dengan strategi pem­belajaran inkuri dengan mencatat biasa, kelas ketiga akan diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori dan teknik mencatat peta pikiran, dan kelas keempat diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori dengan mencatat biasa.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian, Semi Eksperimen 2 Faktor
Strategi Pembelajaran Inkuiri (A1)
Strategi Pembelajaran Ekspositori (A2)
Teknik Mencatat Peta pikiran (B1)
Teknik Mencatat Catatan Biasa (B2)
Teknik Mencatat Peta pikiran (B1)
Teknik Mencatat Catatan Biasa (B2)
A1B1
A1B2
A2B1
A2B2
B1
B2
B1
B2
A1
A2
Sumber: Ary, Jacob, Razavieh (1982).
Keterangan:
·      Data penelitian diperoleh dari kombinasi perlakuan A1B1, A1B2, A2B1 dan A2B2.
·      Data pengaruh teknik mencatat peta pikiran (B1) diperoleh dari akumulasi data B1 pada A1 dan data B1 pada A2.
·      Data pengaruh teknik mencatat dengan catatan biasa (B2) diperoleh dari akumulasi data B2 pada A1 dan data B2 pada A2.
·      Data pengaruh strategi inkuiri (A1) diperoleh dari akumulasi data A1B1 dan A1B2.
·      Data pengaruh strategi ekspositori (A2) diperoleh dari akumulasi data A2B1 dan A2B2.


4.      Teknik Analisis Data
Dilakukan dengan Analisis Varians (ANAVA). Keseluruhan analisis data dilakukan me­ngguna­kan bantuan program aplikasi IBM SPSS 19.0 pada taraf kepercayaan α = 0,05.

5. Hasil Penelitian
5. 1 Deskripsi Data
Hasil analisis deskriptif  kemampuan siswa kelas IV SD/MI menjawab soal IPA menurut ranah kognitif Bloom (C1, C2, dan C3) menunjukkan skor tertinggi 100 dan skor terendah 0, dengan rata-rata 70,39 serta standar deviasi 23,68.  Hasil uji normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas data dengan uji Levene’s diperoleh, bahwa data kemampuan siswa menjawab soal IPA menurut ranah kognitif Bloom (C1, C2 dan C3) berdistribusi normal (Z=3,854; P=0,000) dan variasi data dalam populasi homogen (F=10,508; P=0,000). Demikian halnya dengan data dalam pembelajaran IPA juga berdistribusi normal (Z=3,044; P=0,000) dan variasi data dalam populasi homogen (F=6,570; P=0.000). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa data penelitian ini telah memenuhi prasyarat pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik, dalam hal ini analisis varians banyak jalur (univariat). 

5.2 Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Kemampuan Siswa Menjawab Soal Ujian Pada Ranah Kognitif Bloom C1, C2 dan C3.
Hasil analisis varians diperoleh, bahwa strategi pembelajaran secara signifikan (Fhitung = 31,992; P= 0,000) berpengaruh terhadap kemampuan siswa kelas IV MIN Medan menjawab soal IPA menurut ranah kognitif Bloom (C1, C2 dan C3).
Kemampuan siswa men­jawab soal IPA kategori C1 pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan strategi pembelajaran inkuiri (81,7±12,9) secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan kemampuan siswa yang mengikuti pem­belajaran dengan strategi pem­belajaran ekspositori (77,6±11,6).
Demikian juga halnya dengan kemampuan siswa menjawab soal IPA kategori C2 pada kelompok siswa yang mengikuti pem­belajaran IPA dengan strategi pembelajaran inkuiri (84,1±12,9) secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan kemampuan siswa yang mengikuti pembelajar­an dengan strategi pembelajaran ekspositori (79,0±14,1).

Dan kemampuan siswa menjawab soal IPA kategori C3 pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan strategi pembelajaran inkuiri (58,5±24,0) secara signifikan lebih tinggi dibanding dengan kemampuan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran ekspositori (41,5±26,8).

5.3 Pengaruh Teknik Mencatat Terhadap Kemampuan Siswa Menjawab Soal Ujian Pada Ranah Kognitif Bloom C1, C2 dan C3Teknik mencatat dengan peta pikiran berpengaruh signifikan  terhadap kemampuan siswa menjawab soal kategori C1 (Fhitung = 16,99; P= 0,000) pada pembelajaran IPA di kelas IV MIN Medan (Gambar 4). Pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan teknik mencatat peta pikiran memiliki kemampuan menyelesaikan soal IPA kategori C1 (8,32±1,18) lebih tinggi dibanding kemampuan siswa pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan teknik mencatat biasa (7,60±1,19). Hasil penelitian ini bermakna bahwa kemampuan siswa menjawab soal kategori C1 pada pembelajaran dengan teknik mencatat peta pikiran 9,47% lebih tinggi dibanding kemampuan siswa dari kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan teknik mencatat biasa.

Sebaliknya, teknik mencatat dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD/MI tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal IPA kategori C2 (Fhitung = 0,004; P = 0,951) dan C3 (Fhitung = 0,010; P = 0,922).

6. Pembahasan
6.1Pengaruh Strategi Pem­belajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Ranah Kognitif Bloom.
Pengaruh yang signifikan  ditemukan pada kemampuan siswa menjawab soal menurut ranah kognitif Bloom (C1, C2 dan C3), di mana kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran IPA dengan strategi pembelajaran inkuiri menunjukkan kemampuan yang lebih tinggi dalam menyelesaikan soal-soal kategori C1, lebih tinggi dalam menyelesaikan soal-soal kategori C2, dan lebih tinggi dalam menyelesaikan soal-soal kategori C3 dibanding kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran ekspositori. Ini sejalan dengan hasil penelitian yang relevan yang dilakukan Belawati (2009) Pendekatan inkuiri dapat dijadikan pilihan yang baik dalam pembelajaran karena dengan berinkuiri siswa dapat mengalami pembelajaran yang lebih bermakna.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan hasil belajar siswa pada kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri menunjukkan kecenderungan semakin tinggi dari C1 ke C2 dan selanjutnya C3. Hasil ini menunjukkan, bahwa strategi pembelajaran inkuiri lebih mengarahkan siswa untuk terlibat aktif dalam berpikir ke tingkat lebih tinggi (high order thingking), dan bukan sekedar berpikir pada taraf kognitif C1 dan C2 saja.

6.2  Pengaruh Teknik Mencatat Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar, dan Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Ranah Kognitif Bloom .

Salah satu temuan penting dari hasil penelitian ini sebagaimana telah diuraikan di muka adalah bahwa strategi pembelajaran inkuiri mem­fasilitasi siswa untuk meningkat­kan hasil belajarnya dan memfasilitas proses berpikir tingkat tinggi. Untuk itu sudah tentu harus didukung dengan teknik merekam proses belajar mengajar dalam bentuk catatan yang lebih memadai. Peta pikiran adalah salah satu alternatif yang mungkin sesuai untuk diterapkan. Sebagaimana dikemukakan oleh Buzan (2007), bahwa peta pikiran merupakan alat yang sesuai untuk melatih siswa berpikir dengan lebih berdayaguna, melalui pemetaan pikiran sebagai salah satu teknik mencatat tingkat tinggi, di mana informasi berupa materi pelajaran (baik berupa informasi maupun pengalaman langsung) yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan tersebut. Buzan (2007) juga mengemukakan, bahwa peta pikirin merupakan bentuk catatan yang memadukan fungsi otak secara bersama dan saling berkaitan satu sama lain. Sehingga akan terjadi ke­seimbang­an kerja kedua belahan otak.
Pandangan di atas telah didukung oleh informasi yang diperoleh melalui penelitian ini, di mana kelompok siswa yang mencatat dengan peta pikiran menunjukkan hasil belajar yang lebih baik dibanding dengan teknik mencatat biasa, dan teknik mencatat peta pikiran lebih baik digunakan pada strategi pem­belajar­an inkuiri dibanding dengan strategi pembelajaran ekspositoriini di dukung dengan hasil penelitian Silaen (2009) ada hubungan yang signifikan antara pencatatan peta pikiran dengan hasil belajar siswa SMA pada materi pokok bakteri dan Setyaningsih (2010) bahwa penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode peta pikiran dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa
Terhadap kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal pada ranah kognitif  Bloom C1, C2 dan C3, Secara umum, rata-rata kemampuan siswa kelas IV MIN Medan menyelesaikan soal IPA pada ranah kognitif C2 lebih tinggi dibanding kemampuan siswa menyelesaikan soal C1 dan C3. dengan demikian dapat dinyatakan, bahwa teknik mencatat merupakan strategi pembelajaran yang sesuai untuk membantu siswa untuk mengingat yang ditempuh melalui proses belajar mengulang kompleks (complex rehearsal) (Slavin, 2006), dan belum menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kebutuhan berpikir pada ranah kognitif yang lebih tinggi. Tetapi, menurut Slavin (2006) strategi mengulang kompleks (rehearsal complex) sangat dibutuhkan untuk membantu siswa mengingat fakta, konsep, prinsip dan teori yang dipelajarinya dalam jangka waktu panjang. Tanpa kemampuan mengulang pelajaran seseorang tidak dapat mengingat semua yang dilakukan­nya dalam jangka waktu lama, Karena setiap orang memiliki kapasitas mengingat. Namun demikian, banyak ahli berpendapat bahwa mengingat yang baik adalah dengan melakukan dan menemukan sendiri (constructivism).

7. Simpulan

Simpulan dari  penelitian ini dapat diungkapkan sebagai berikut: (1) Strategi pembelajaran inkuiri secara signifikan berpengaruh terhadap kemampuan siswa kelas IV MIN Medan menjawab soal IPA menurut ranah kognitif Bloom (C1, C2 dan C3). (2) Teknik Mencatat peta pikiran berpengaruh signifikan  terhadap kemampuan siswa men­jawab soal kategori C1 pada pembelajaran IPA di kelas IV MIN Medan, Sebaliknya, teknik men­catat dalam pembelajaran IPA di kelas IV SD/MI tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal IPA kategori C2 dan C3.

Daftar Pustaka.
Ary, Donald, Jacobs, L.C., Razavieh, A. 1982, Pengantar Penelitian dan Pendidikan. Terjemahan oleh: Furchan, Arief. Surabaya: Usaha Nasional.
Belawati, Octa. 2009. Penggunaan Pendekatan Inkuiri Terhadap Pemahaman Konsep Kelangsungan Hidup Organisme Di Smp Negeri 1 Anjir Muara Batola. Tesis. Program pascasarjana UNY (tidak dipublikasikan)
Buzan,Tony. 2008. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Buzan, Tony. 2007. Buku Pintar Mind Map Untuk Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Depdiknas, 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta
Gulo, W., 2002. Pendekatan Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo
Hendrik.2010.www.scribd.com/doc/hendrik/karakteristik pembelarajan IPA SD. Diakses  tanggal 10 Januari 2010.
Hergenhahn, B.R, Olson, Matthew H.2008. Theories of Learning (Teori Belajar). Edisi Ketujuh. Jakarta : Prenada Media Group.
Joyce,B. dan Weil, M.2000. Models of Teaching. Second Edition Prencite.Inc. Englewood Clilfts, N.J
Ling-Mao Song & Chun_Yeng Chang. Impacts of an Inquiry Teaching Method on Earth Science Students’ Learning Outcomes and Attitudes at the Secondary School Level. Department of Earth Sciences National Taiwan Normal University Taiwan, R.O.C Vol. 8, No. 3, 1998. pp. 93-101.
Quitadamo, Ian J and marth j Kurtz. 2007. Learning to Improve: Using Writing to Increase critical Thinking Performace in General Education Biologi. CBE-Life Science Education Vol.6: 140-154.
Setyaningsih, Endang.2010. Penerapan Mind Mapping Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS Kelas IV SDN Binangun 03. Skripsi
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor yangMempengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.





No comments:

Post a Comment

Kritik dan Saran